Selasa, 17 Oktober 2017

Let Your Skin BREATHE!

Sering pake produk kecantikan terutama make up? Sama sayah juga. Sering pake banget. Tapi pernah mikir gak kulit kita tuh lelah menuruti keinginan kita untuk tampil perfect dengan tambalan foundation, bedak, dan kawan kawannya yang bisa panjang nih postingan kalo disebut semua.

Nah, pemikiran tentang memberikan kulit muka ini waktu untuk bernafas itu datang dari dulu waktu jaman kuliah sekitar 2014/2015, cuma perlu proses kan buat menerapkannya. Salah satu penyebabnya adalah melihat reaksi orang dan diri sendiri yang kaget gitu lihat muka ini between with and without makeup. Bedaaaa banget, contrast banget seolah kalo lagi gak pake makeup jadi gak ngenalin diri sendiri gitu. Pori pori besar, warna kulit kusam, mata panda

Setelah pergolakan diri cukup lama yaa dari 2014 sampe 2016, kebanyakan mikirin resiko, ntar gimana kata orang dan lain lain. Finally, deket deket ramadhan 2016 mulai deh berhenti dan ninggalin makeup kecuali lipstik, liptint dan sebagainya deh pewarna bibir.

Awalnya gak langsung meninggalkan semuanya sih, awalnya bedak dulu, terus foundation (include BB Cream, CC Cream, Two Way Cake Foundation), terus ninggalin yang dekoratif kaya eyeliner, mascara dan browcara. Sampe cuma tersisa pelembab saja. Setiap hari cuma modal pelembab sama pewarna bibir doang. Sekali kali kalo ada acara, kondangan dll baru deh pake lagi bedaknya dikit dikit.

Untuk banyak orang ya satu yang pasti gak ketinggalan yang namanya sunscreen. Tapi, sayangnya aku belum menemukan product sunscreen yang tepat di wajahku, setiap pakai sunscreen rasanya mukaku meleleh, gelap mukaku, kucel dah intinya. Jadi tahapan sunscreen ini aku skip. Walau kalau boleh jujur, rasanya ngeri ngeri sedap hihi tiap panas panasan di bawah matahari. Kalau ada ide sunscreen apa yang cocok untuk wajahku <kombinasi, oily>  dan gak bikin mukaku kucel boleh kalian sampaikan di kolom komentar :).

Balik lagi, karena kulit mukaku sehari hari cuma modal pelembab aja <FYI, pelembab yang aku pakai sekarang adalah Nature Republic Aloe Vera Soothing Gel> aku merasa, aku perlu lebih care untuk masalah perawatannya. Maka dari itu, aku melengkapi perawatan wajahku dari facial wash, toner, serum, mask sheet, dan masker. Ini membantu banget. Cuma, ya namanya juga skincare yaa tidak semua yang ada di pasaran cocok untuk wajah kita <dengan segala problematikanya masing masing>. Jadi, untuk menemukan skincare yang cocok untuk wajah kita harus lakuin petualangan skincare nih. Beruntungnya sekarang sudah jaman canggih, banyak kan info yang bisa kita peroleh tentang suatu product hanya dengan memasukkan keyword di search engine. Dari situ, kita bisa menimbang apakah product skincare ini layak untuk di coba atau tidak.

Gak salah sih, dengan ber make up. It's okay. Cuma coba deh lebih jujur ke diri sendiri, ketika kita menyembunyikan kekurangan wajah kita, all of time. Kenapa tidak lebih fokus untuk merawatnya? daripada hanya mengeditnya. Toh, yang di edit akan hilang ketika di hapus, tapi yang di rawat akan kelihatan efek jangka panjangnya.

Just let your skin breathe...she needs to be free.

Semoga bermanfaat,
With Love,


Naoo
Share:

Kamis, 05 Oktober 2017

Bakpao

Pada suatu hari, seorang guru dan muridnya sedang duduk bersama. Guru ini sedang berusaha menghibur muridnya yang sedih dan kecewa karena kalah dalam suatu kompetensi memasak.
Mulailah mereka berbincang bincang,

Murid : Guru, kau telah menjelajahi empat lautan hampir setahun ini. Apa saja yang kau lihat?
Guru   : Aku melihat 2 biksu kecil. Aku memiliki percakapan dengan mereka.
Percakapannya kira kira seperti ini :
Biksu 1 : Aku lapar, dan aku menginginkan bakpao. 
Guru     : Apakah bakpao itu enak?
Biksu 2 : Sangat enak, Anda ingin mencicipinya?  
Lalu si guru mendekat kepada mereka, seraya mengambil sedikit dari bakpao itu lalu mencicipinya.
Biksu 2 : Bagaimana? Apa itu enak?
Dengan segala keahlian, bakat serta pengalamannya si guru di bidang makanan, Ia mulai menjelaskan tentang bakpao yang baru saja dicicipinya itu.
Guru     : Meskipun tepung gandumnya dari Hetao (salah satu tempat di China yang terkenal dengan kualitas gandum yang baik). Tapi, waktu fermentasinya terlalu lama, sedangkan waktu menguleni adonannya terlalu singkat. Selain itu juga suhu dari pengukusnya terlalu tinggi. Dan ini sudah 5 jam sejak waktu pengukusan hingga sekarang. Jadi, bakpao ini menurutku biasa biasa saja.
Biksu biksu cilik ini dengan wajah polosnya terpesona dengan penjelasan si guru tadi, tapi kemudian mereka berkata,
Biksu 1 : Wah, Tuan yang Dermawan ini pengetahuannya tak terbatas. Dengan secuil bakpao saja dan kau dapat menceritakan seluruh kisah dan proses pembuatannya. Tuan Dermawan, siapakah sebenarnya anda?
Guru     : Aku hanya seorang penggila makanan
Biksu 1&2 : Penggila makanan? (tatap mereka kebingungan).
Biksu 2  : Tapi, Guru kami bilang bakpaoku ini sangat lezat.
Biksu 1  : Tuan Dermawan, sesungguhnya ada 1 hal yang tidak dapat kau ceritakan setelah memakan ini.
Guru      : Apakah itu?
Biksu 2  : Bakpao ini... Aku yang menanam gandumnya, aku yang memfermentasi adonannya, dan aku sendiri juga yang meletakkan bakpao ini di pengukusnya. Untuk itu, Guru kami berfikir bahwa ini adalah bakpao terbaik yang pernah dia makan.
Guru itu lalu mencicipi bakpao itu lagi, dengan mengetahui fakta yang baru saja ia ketahui. Dia pun mengulum senyumnya. Setelah mendengar percakapan mereka, hampir saja guru itu berniat membawa pulang ke dua biksu kecil itu.

Guru itu kemudian berkata lagi pada si muridnya yang sedih itu.
Guru   : Wahai muridku, ada hal hal yang tak dapat dinilai bahkan oleh seorang Ahli sekalipun. Tidak usah terlalu sedih atas kekalahanmu.
Murid  : Tapi aku sudah menghancurkan citra restoran kita Guru
Guru    : Kau tidak pernah mempermalukan ku atau pun menghancurkan citra restoran kita. Kau hanya kalah oleh nilai yang bisa terbilang oleh angka.



Tidak segala hal dapat diukur, ditakar menggunakan angka-angka. Ada hal hal yang sifatnya historical dan emotional value yang tidak bisa di nilai bahkan oleh seorang Ahli sekalipun 

Semoga bermanfaat,
With Love,



Naoo
Share: